Sabtu, 25 Juli 2009

Online Pertamaku

Malam ini, aku mencoba membongkar-bongkar memoriku yang mengendap dalam kepingan peristiwa kurang lebih 10 tahun yang lalu, yakni tahun 1999. Tahun itu, aku baru mulai menapaki bangku kuliah, sekaligus tahun pertamaku mengenal dan menjelajah dunia internet. Ketika kepingan peristiwa itu berkelebat, aku pun tersenyum simpul, mengenang peristiwa yang telah terjadi 10 tahun yang lalu itu. Ya, peristiwa saat pertama kali aku membuat email dan mengirimkan pesan lewat email.

Sebenarnya, saat pertama kali membuat email, aku tak menemukan suatu hambatan yang serius atau cukup berarti. Karena selain aku cukup lumayan menguasai bahasa Inggris ~sebagai bahasa universal dalam internet~, aku juga ditemani oleh salah seorang temanku yang cukup jago dalam bermain internet. Yang lucu adalah saat mengirimkan pesan via email. Bagaimana tidak? Aku mengirimkan pesan via email kepada teman-teman sekelas kuliahku, yang hampir setiap hari aku temui. Lucunya lagi, isi pesanku itu sama sekali tidak penting. Jadi, hanya sekedar mencoba mengirim email saja intinya. Oya, email pertamaku adalah Sakura_15@lovemail.com. Alasanku memilih nama Sakura adalah karena aku sangat suka dengan bunga Sakura dan hal-hal yang terkait dengan negeri Sakura. Sedangkan underscore angka 15 yang menunjukkan tanggal kelahiranku, aku tambahkan karena aku tidak diperbolehkan memakai ID Sakura saja. And then, how about lovemail.com? Ha ha, silahkan tebak saja.

Setelah berkirim pesan via email, aku juga tertarik untuk mencoba dunia chatting, berkomunikasi secara maya dengan seseorang yang berada di belahan dunia sana. Dalam hal chatting, aku lebih tertarik untuk chat dengan orang yang berasal dari luar Indonesia. Ya, ada kesenangan dan tantangan tersendiri ketika aku mencoba berbicara bahasa asing dengan mereka. Akan tetapi pengalaman chat dengan orang asing tidak selalu menyenangkan. Pernah juga aku ditanya yang aneh-aneh. Kalau demikian, biasanya aku langsung kabur. Pernah waktu itu, baru saja mulai chatt tiba-tiba aku sudah ditanya, "What do you think about free sex?" Ho ho ho, tanpa aku jawab, langsung aja aku tutup kotak chatnya.

Pengalaman lucu saat chatting adalah ketika aku chat dengan orang Mesir via ICQ. Tentu saja meggunakan bahasa Arab. Lucunya, aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia katakan, karena tulisan fontnya sangat aneh. Aku pun memintanya untuk berbicara bahasa Inggris saja. "Can you speak English?", begitu tanyaku padanya. Tetapi rupanya, dia tidak bisa berbicara bahasa Inggris. "Arabic" begitu jawabnya. Lalu ia pun kembali berbicara dengan font-font yang aneh. "La afham kalamuk" (aku tidak faham perkataanmu). Selanjutnya, ia membalas dengan bahasa Arab yang ditransliterasikan dengan huruf latin, "Min aina anti?" (dari mana asalmu?). "Ana min Indonesia" (saya dari Indonesia). Kemudian chatting kami pun berlanjut. Kadang, kalau aku sedang tidak online, maka dia pun meninggalkan pesan untukku. Oya, tentang font-nya yang aneh itu, setelah kufikirkan sekarang, aku membuat dugaan bahwa komputer yang dia pakai, juga program ICQnya, memakai settingan Arabic. Sehingga ketika tulisannya yang diketik dengan font Arab itu sampai di komputerku, maka berubahlah ia menjadi tulisan dengan huruf-huruf yang aneh, karena komputer yang kupakai tidak diset Arabic.

Pengalaman lucu yang lain adalah saat aku mengirimkan sms ke HP teman-temanku via ICQ. Dasar aku orangnya jahil dan iseng! Tentu saja, aku tidak memakai ID nama asliku, bahkan sering aku ganti-ganti. Kepada teman perempuanku aku memakai ID Joko, lalu aku pun mengirimkan sms untuk menggodanya. Aku tidak terlalu ingat sms apa yang aku kirimkan saat itu, juga sms balasannya. Yang jelas, saat itu aku tertawa-tawa dibuatnya. Oya, pernah juga aku ngisengin kakak angkatku, Deden namanya. Karena dia orang Sunda ~sedang aku tidak bisa bahasa Sunda" maka aku mengajak temanku yang bisa berbahasa sunda untuk menterjemahkan kata-kataku he he.

Ya itu adalah bagian dari pengalamanku saat aku masih kuliah dulu. Lain lagi dengan pengalamanku 7 bulan yang lalu, saat pertama kali aku membuat blog. Aku dilanda kebingungan. Sebenarnya bukan hal teknis (gaptek) yang jadi permasalahannya. Dari dulu, aku terbiasa belajar otodidak. Ya, "asal berani mencoba", itulah mottoku. Maka sebelum membuat blog, aku juga sudah mempersiapkannya. Aku beli buku tentang blog, lalu aku pun melahapnya. Yang jadi masalah adalah ketika blog itu sudah selesai kubuat. Aku disergap kebingungan. "Waduh, aku harus menulis apa nih?". Untuk lebih jelasnya, silahkan baca kutipan tulisan pertamaku berikut ini:

"Hari ini adalah hari pertama aku berkreasi dengan blogku. Agak bingung juga ketika tiba-tiba aku merasa seperti ditodong harus membuat tulisan untuk blogku ini. Terus terang saja, aku bukan orang yang pintar menulis, bahkan jauh dari pintar. Semalaman bisa jadi aku memegang pensil dan selembar kertas untuk menulis, maklum aku tidak punya komputer ataupun laptop, akan tetapi hasilnya bisa jadi hanya sebuah tulisan yang jauh dari bagus yang akhirnya kucorat-coret sendiri. "Hh... menulis itu memang tidak mudah!", begitu kataku berapologi."

Ya, aku memang bukan seorang yang pintar menulis, maka tidak akan kau dapati tulisan yang bagus dalam blogku. Akan tetapi aku yakin, suatu saat tulisanku pasti bagus. Kapan itu? aku tidak tahu. Ya, "asal berani mencoba". Walaupun begitu, banyak juga yang bilang kalau blogku ini cukup keren. Ya, menurutku juga begitu. he he. Di blogku ini aku juga mempublikasikan film pertamaku (Ayat-ayat Cinta 2). Sebuah film yang aku bintangi, sutradarai, edit dan produseri sendiri. Semua serba sendiri. Selain film, aku juga mempublikasikan rekaman audioku yang sedang bercerita. Sebenarnya itu adalah rekaman videoku yang sedang beraksi layaknya seorang pembawa acara di TV, tapi karena terlalu lama uploadnya (karena durasinya panjang) maka aku ganti menjadi audio saja.

Dan terakhir, ini adalah pengalaman pertamaku ikut lomba secara online. Aku tidak berharap untuk menang, karena aku pikir, pasti banyak penulis yang lebih jago dariku yang ikut lomba "ulang tahun ke-11 detikcom" ini. Ya, aku hanya turut berpartisipasi dan memeriahkannya saja. Akhirnya, selamat ulang tahun Detik. Semoga makin bersinar dan berjaya!


Tag: “ulang tahun ke-11 detikcom

Jumat, 24 Juli 2009

Anak Kecil di Bus Kota

Hari ini, aku kembali teringat pada seorang anak kecil yang aku lihat dalam sebuah bus kota beberapa waktu yang lalu. Ya, seorang anak yang sempat membuatku merasa terkejut dan prihatin. Bagaimana tidak? Ketika aku -yang sedang duduk di jok paling depan di sebuah bus kota- sedang berkutat dengan peluh dan udara panas yang menyelimutiku di tengah terik mentari yang berposisi lurus di atas kepalaku, menunggu bus yang tak kunjung jalan, tiba-tiba terdengar bunyi gas mesin yang dimain-mainkan, yang sontak menggelitikku untuk menolehkan kepalaku untuk melihat ke arah jok supir yang tepat berada di sampingku.

Betapa terkejutnya diriku melihat seorang anak kecil setinggi anak kelas empat SD, berbaju lusuh, memegang sebatang rokok di sela-sela jari kirinya sambil sesekali menghisapnya, bersikap seperti layaknya sopir dewasa. sungguh pemandangan ini membuatku miris dan bertanya-tanya?

"Apakah gerangan yang terjadi dalam hidupmu nak, sehingga membuatmu menjadi begitu? Tak punyakah engkau orang tua? Tak adakah yang mengurusmu? Tak adakah yang menyayangimu?"

Beragam pertanyaan berkecamuk dalam benak dan pikiranku, membuatku teringat pada keponakan laki-laki kecilku yang sedang berada di rumah. Ya, walaupun ia sudah lagi tak punya ayah, namun masih ada keluarga dan orang-orang yang mengurusnya. Ia masih bisa bermain, belajar dan makan-minum tanpa harus menguras keringat, berpanas-panasan di jalanan atau bus kota untuk mengamen, menjadi kondektur ataupun sekedar menadahkan tangan mengharap belas kasihan dari orang-orang. Sungguh tak bisa kubayangkan seandainya dialah yang berada di posisi anak kecil itu.

Sejenak waktu berlalu, datanglah seorang laki-laki dewasa yang ternyata adalah sopir dari bus kota itu. Anak kecil itu pun menyingkir dari tempat duduknya. Bus kota yang sudah padat dengan penumpang itupun melaju. Kulihat anak kecil itu menarik uang dari para penumpang. Hm, rupanya anak kecil itu adalah kondektur dari bus kota itu. Ketika ia menarik uang dariku, kulihat mukanya, begitu keras. Tak ada muka yang lugu dan ceria selayak anak-anak kecil lainnya. Yang ada hanyalah seraup muka seorang lelaki dewasa yang keras di terpa badai dan gelombang kehidupan.

Tapi, dia bukanlah lelaki dewasa! Dia adalah anak-anak, seperti anak, cucu, adik, ataupun keponakan kita. Hanya saja bedanya, mereka tak punya orang-orang yang menyayangi, memperhatikan atau sekedar peduli pada nasib mereka. "Ah... betapa lemahnya diri ini, hanya bisa membatin saja. Tanpa berbuat apa-apa untuk menolong mereka". "Lalu siapakah orang yang kuat? dan dimanakah mereka? Ya, mereka ada di sana, hanya saja, mereka tidak peduli". "Jadi siapa yang peduli?" "Oh, sungguh aku ingin sekali menjadi kuat!"