Judul buku : Kisah Klan Otori: Heaven’s Net is Wide
Penulis : Lian Hearn
Penerjemah : Meithya Rose Prasetya
Penerbit : Matahati, Jakarta
Cetakan : Pertama, November 2009
Tebal buku : 786 halaman
Harga : Rp. 99.000,-
SEBUAH prestasi yang mengagumkan! Mungkin, itulah ungkapan yang pas buat capaian Lian Hearn, Kisah Klan Otori. Sejak dirilis pertama kali, buku awal trilogi Klan Otori: Accross the Nightingale Floor (Australia: 2002) langsung “menyedot” perhatian pembaca. Tak heran, serial yang ditulis pengarang kelahiran Inggris yang bernama asli Gillian Rubinstein dengan riset panjang -mulai tahun 1993- ini, bisa menyabet berbagai penghargaan. Bahkan saat ini, Kisah Klan Otori –yang meliputi Heaven`s Net is Wide (prekuel), Across the Nightingale Floor, Grass for His Pillow, Briliance of the Moon (trilogi) dan The Harsh Cry of the Heron (sekuel)-- sudah terjual di 36 negara dan jadi best seller di seluruh dunia.
Novel Heaven’s Net is Wide ini –yang dirilis pertama di Australia (2007)- adalah buku pertama (dari lima buku) yang melengkapi dan mengakhiri kisah Klan Otori. Bagi yang belum sempat membaca Kisah Klan Otori, buku ini akan menghancurkan beberapa misteri yang ada pada buku selanjutnya. Tapi bagi pembaca lama Kisah Klan Otori, buku ini akan menjawab berbagai pertanyaan tentang Shigeru, kesatria yang menyelamatkan Takeo –tokoh utama dalam 4 buku serial Otori berikutnya— yang telah mengangkatnya jadi anaknya sekaligus pewaris klan Otori.
Bersetting masa feodal Jepang, Heaven’s Net is Wide ini mengisahkan perjalanan hidup Lord Otori Shigeru sejak berusia 12 tahun (kebetulan bertepatan dengan lahirnya Takeo) sampai ia bertemu dan menyelamatkan Takeo. Dilahirkan sebagai pewaris klan, Shigeru memperoleh pendidikan yang ketat. Shigemaru (ayah Shigeru) tak ingin Shigeru terjerumus pada kesalahan yang sama seperti dirinya, yang tak mampu mengendalikan hasrat birahi--, maka mengirimkannya ke guru Matsuda Singen di biara Terayama untuk digembleng secara fisik dan mental.
Di situ pula, pertama kalinya Shigeru bertemu dengan salah satu anggota Tribe –sebuah komunitas yang memiliki kekuatan supranatural warisan masa lampau yang tak dimiliki golongan kesatria- yang ia panggil “roh rubah” yang di kemudian hari diketahui sebagai Muto Kenji dan akhirnya jadi sahabatnya.
Suhu politik yang panas akibat dari ambisi Klan Tohan –musuh Klan Otori—untuk memperluas daerah, dan juga kekejaman Iida Sadamu (pewaris Klan Tohan) yang membantai kaum Hidden –sebuah sekte yang menyembah Sang Rahasia dan tak mau membunuh atau bunuh diri (bertolak belakang dengan ajaran ksatria)-- di wilayah Otori, membuat perang pun tidak terelakkan. Alih-alih mendapat kemenangan, penghianatan yang tak diduga justru mengakibatkan kekalahan telak. Lima ribu prajurit Otori tewas, termasuk Shigemaru (ayah Shigeru) dan Kiyosige (sahabat karib Shigeru).
Shigeru yang terluka parah pun bersiap bunuh diri, namun urung dilakukannya karena pedang legendaris Jato (Sang Ular) --perlambang pewaris Klan Otori-- datang pada dirinya (diantarkan oleh Muto Kenji). Shigeru yang terluka tidak serta merta bisa pulang ke Hagi. Hal itu dimanfaatkan oleh kedua paman Shigeru, Shoichi dan Masahiro untuk merebut kekuasaan. Kedua pamannya yang licik itu pun bersekutu dengan Klan Tohan. Demi menjamin keselamatan adiknya, Takeshi, Shigeru menyetujui penurunan dirinya sebagai pewaris Klan dan hidup sebagai orang biasa. Shigeru yang enggan bunuh diri dan memilih hidup sebagai petani, harus bersabar menerima berbagai penghinaan, bahkan dari ibunya sendiri. Tak ada yang tahu, dibalik kedok petaninya, Shigeru sedang menyusun siasat dan menunggu waktu yang tepat untuk balas dendam.
Novel berlatar masa feodal Jepang karya pengarang yang tinggal di Australia ini memang fiksi, tapi tidak sepenuhnya mencabut akar sejarah Jepang. Keberadaan sekte Hidden (kristen) yang memang pernah ada dalam sejarah Jepang, tak luput dari sorotan Lian Hearn. Riset panjang (sejak tahun 1993) yang dilakukan penulis pengagum Haruki Murakami ini pun, membuat novel ini kental dengan budaya dan tradisi Jepang. Juga, kental akan nuansa sejarah Jepang, sehingga pembaca seakan dibawa bertamasya ke era Jepang abad pertengahan.
Tak pelak, jika buku ini menjadi masterpiece dari pengarang yang sudah menulis puluhan buku ini. Adapun kisah tragis Shigeru dalam novel ini, tak dipungkiri, bisa jadi lahir dari kegemaran sang pengarang akan kisah-kisah tregedi. Tapi, kepiwaian penulis dalam bertutur, membuat kisah tragis itu justru membuat pembaca hanyut dalam kisah sedih Shigeru.
Novel Heaven’s Net is Wide ini –yang dirilis pertama di Australia (2007)- adalah buku pertama (dari lima buku) yang melengkapi dan mengakhiri kisah Klan Otori. Bagi yang belum sempat membaca Kisah Klan Otori, buku ini akan menghancurkan beberapa misteri yang ada pada buku selanjutnya. Tapi bagi pembaca lama Kisah Klan Otori, buku ini akan menjawab berbagai pertanyaan tentang Shigeru, kesatria yang menyelamatkan Takeo –tokoh utama dalam 4 buku serial Otori berikutnya— yang telah mengangkatnya jadi anaknya sekaligus pewaris klan Otori.
Bersetting masa feodal Jepang, Heaven’s Net is Wide ini mengisahkan perjalanan hidup Lord Otori Shigeru sejak berusia 12 tahun (kebetulan bertepatan dengan lahirnya Takeo) sampai ia bertemu dan menyelamatkan Takeo. Dilahirkan sebagai pewaris klan, Shigeru memperoleh pendidikan yang ketat. Shigemaru (ayah Shigeru) tak ingin Shigeru terjerumus pada kesalahan yang sama seperti dirinya, yang tak mampu mengendalikan hasrat birahi--, maka mengirimkannya ke guru Matsuda Singen di biara Terayama untuk digembleng secara fisik dan mental.
Di situ pula, pertama kalinya Shigeru bertemu dengan salah satu anggota Tribe –sebuah komunitas yang memiliki kekuatan supranatural warisan masa lampau yang tak dimiliki golongan kesatria- yang ia panggil “roh rubah” yang di kemudian hari diketahui sebagai Muto Kenji dan akhirnya jadi sahabatnya.
Suhu politik yang panas akibat dari ambisi Klan Tohan –musuh Klan Otori—untuk memperluas daerah, dan juga kekejaman Iida Sadamu (pewaris Klan Tohan) yang membantai kaum Hidden –sebuah sekte yang menyembah Sang Rahasia dan tak mau membunuh atau bunuh diri (bertolak belakang dengan ajaran ksatria)-- di wilayah Otori, membuat perang pun tidak terelakkan. Alih-alih mendapat kemenangan, penghianatan yang tak diduga justru mengakibatkan kekalahan telak. Lima ribu prajurit Otori tewas, termasuk Shigemaru (ayah Shigeru) dan Kiyosige (sahabat karib Shigeru).
Shigeru yang terluka parah pun bersiap bunuh diri, namun urung dilakukannya karena pedang legendaris Jato (Sang Ular) --perlambang pewaris Klan Otori-- datang pada dirinya (diantarkan oleh Muto Kenji). Shigeru yang terluka tidak serta merta bisa pulang ke Hagi. Hal itu dimanfaatkan oleh kedua paman Shigeru, Shoichi dan Masahiro untuk merebut kekuasaan. Kedua pamannya yang licik itu pun bersekutu dengan Klan Tohan. Demi menjamin keselamatan adiknya, Takeshi, Shigeru menyetujui penurunan dirinya sebagai pewaris Klan dan hidup sebagai orang biasa. Shigeru yang enggan bunuh diri dan memilih hidup sebagai petani, harus bersabar menerima berbagai penghinaan, bahkan dari ibunya sendiri. Tak ada yang tahu, dibalik kedok petaninya, Shigeru sedang menyusun siasat dan menunggu waktu yang tepat untuk balas dendam.
Novel berlatar masa feodal Jepang karya pengarang yang tinggal di Australia ini memang fiksi, tapi tidak sepenuhnya mencabut akar sejarah Jepang. Keberadaan sekte Hidden (kristen) yang memang pernah ada dalam sejarah Jepang, tak luput dari sorotan Lian Hearn. Riset panjang (sejak tahun 1993) yang dilakukan penulis pengagum Haruki Murakami ini pun, membuat novel ini kental dengan budaya dan tradisi Jepang. Juga, kental akan nuansa sejarah Jepang, sehingga pembaca seakan dibawa bertamasya ke era Jepang abad pertengahan.
Tak pelak, jika buku ini menjadi masterpiece dari pengarang yang sudah menulis puluhan buku ini. Adapun kisah tragis Shigeru dalam novel ini, tak dipungkiri, bisa jadi lahir dari kegemaran sang pengarang akan kisah-kisah tregedi. Tapi, kepiwaian penulis dalam bertutur, membuat kisah tragis itu justru membuat pembaca hanyut dalam kisah sedih Shigeru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar