Resensi ini dimuat di Harian Pelita, Sabtu 6 Agustus 2011
Judul buku : Dead Until Dark, A Sookie Stackhouse Novel
Penulis : Charlaine Harris
Penerbit : Penerbit Kantera, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2010
Tebal buku : 405 halaman
Harga : Rp. 49.900,-
Menjadi seorang telepat (dapat mendengarkan pikiran orang lain), sebenarnya merupakan sebuah anugerah. Sebab tidak semua orang diberi anugerah oleh Tuhan memiliki keistimewaan seperti itu. Apalagi, kalau kelebihan itu dikelola dan digunakan dengan baik, dan untuk tujuan kemaslahatan orang-orang yang membutuhkan, maka hal itu akan menjadi kelebihan yang luar biasa.
Tapi, bagi Sookie Stackhouse, justru kelebihan itu menjadikan hidupnya terusik. Ia seperti hidup di dunia kebisingan, dan penuh ceracau. Hal itulah yang menjadikan hidupnya tidak tentram, melainkan ia justru serupa orang yang memiliki setumpuk kelainan. Pasalnya, ia tidak bisa menjalani hidup dengan tenang, bak kehidupan orang lain pada umumnya.
Bagaimana tidak? Tatkala orang lain bisa berkencan dengan leluasa, ia justru disergap kegamangan karena ia selalu dapat mendengarkan bermacam pikiran laki-laki (teman kencannya) -entah itu pikiran mesum, pikiran tentang wanita lain atau komentar negatif tentang dirinya- sehingga gaung pikiran itu membuat ia tak bisa tenang. Tak hanya itu, bahkan predikat gila pun ujung-ujungnya melekat padanya.
Setiap saat dia selalu mendengar “racauan” pikiran-pikiran orang dan ia pun bisa mendengar dengan jelas. Jadi, bagi Sookie, dunia seperti tak pernah hening. Dengan kondisi itulah, Sookie kemudian memilih bekerja sebagai pramusaji di Merlotte, Bon Temps. Sebuah pekerjaan yang mengandalkan aktifitas fisik, bukan konsentrasi otak. Pada awalnya, semua itu tidak menjadi masalah. Hingga suatu hari, datanglah seorang vampir yang sudah lama Sookie idam-idamkan. Seorang vampire dengan pikiran yang hening yang tidak mampu didengar olehnya. Bill Compton namanya.
Tapi, ternyata vampir ini terancam oleh sepasang suami-istri drainer (penguras darah vampire) yang bernama Mack Rattray dan Danise Rattray --yang bermaksud ingin “menguras habis” darahnya. Sookie yang bisa mendengar pikiran itu pun tidak tinggal diam. Dengan bersenjatakan rantai milik Jason, adiknya, Sookie pun menyelamatkan vampire Bill dari rencana jahat pasangan Rattray.
Namun penyelamatan itu berbuah pembalasan dendam yang hampir membuat Sokie kehilangan nyawanya. Beruntung vampir Bill menolongnya. Tapi, Sookie terlanjur sekarat. Sekujur tubuhnya harus luka, tulang-tulangnya patah. Demi menyelamatkan nyawa Sookie, vampire Bill kemudian meminumkan darahnya. Akhirnya, Sookie bisa menghirup udara lagi, dan akhirnya menjalin hubungan dengan Bill. Terlebih lagi, nenek Sookie ingin sekali mendengarkan cerita kepahlawanan pada masa hidup Bill --sebelum menjadi vampire.
Bagaimana kisah Bill dan Sookie setelah itu? Charlaine Harris, pengarang buku ini mampu memadukan dunia aneh, dan liar dari kehidupan vampire dengan ada aroma hiburan yang dijejalkan sepanjang cerita --menjadikan satu kesatuan ke dalam novel ini. Karena itulah, novel ini pun serasa “ditumpuki” dengan beberapa genre yang saling kerkelindan, terlibh lagi guratan ide pengarang sulit ditebak dan mendebarkan --karena ada rasa penasaran yang ditali-temalikan dalam alur cerita, dan itu menjadi kelebihan pengarang yang tinggal di kota kecil Arkansas Selatan, New York ini patut diacungi jempol.
Kelebihan itu, yang menjadikan serial A Sookie Stackhouse Novel ini kemudian diadaptasi oleh stasiun televisi HBO ke dalam serial True Blood. Sementara itu, sang pengarang pun tidak luput mendapatkan anugerah sebagai Best Selling Author yang diberikan oleh New York Times. Sebuah pengakuan yang tidak berlebihan, mengingat karya yang ditulis oleh Charlaine Harris ini memang mempesona, menghibur, liar dan mendebarkan. ***
*) Fitria Zulfa, staff pengajar SDIT Al-Khairaat, Condet Jakarta Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar