Sabtu, 30 Juli 2011

Absurditas di balik Wajah Rupawan


Resensi ini dimuat di Harian Pelita, Sabtu 30 Juli 2011


Judul buku     : Uglies
Penulis            : Scott Westerfield
Penerbit          : Matahati, Jakarta
Cetakan          : Pertama, 2010
Tebal buku     : 432 halaman
Harga              : Rp.63.000,-



“Tak ada kecantikan luar biasa yang tak memiliki kelemahan” (Francis Bacon, Essays, Civil and Moral, “Of Beauty”)

Kutipan yang ditulis Francis Bacon (1561-1626) di atas, tampaknya sangat tepat mengungkapkan isi novel ini. Walau bagaimana pun, kecantikan dan wajah rupawan tak akan pernah bisa tampil sempurna. Di balik kecantikan yang terlihat di permukaan, tak jarang menyimpan absurditas --dan rahasia. Absurditas di balik wajah rupawan itulah yang didedahkan Scott Westerfield dalam novel bertitel Uglies ini.

Berlatar belakang tiga abad di masa depan, Uglies merupakan sebuah novel fiksi ilmiah yang mengisahkan tentang dunia yang luar biasa rupawan dengan teknologi yang luar biasa canggih dan serba mudah. Dunia itu dibangun setelah hancurnya peradaban Rusty (peradaban yang sekarang ini) karena senyawa virus penghancur yang ada pada minyak bumi. Ironisnya, dalam dunia itu, masyarakat dikotak-kotakkan berdasarkan wajah: anak kecil yang lucu, remaja buruk rupa, rupawan baru, rupawan paruh baya dan rupawan tua. Semuanya mempunyai dunia dan kehidupan tersendiri.

 
Di dunia rupawan, menjadi buruk rupa bagaikan sebuah kutukan. Tak salah jika Tally Youngblood --seorang remaja buruk rupa yang tinggal di Ugliville--, ingin segera beralih menjadi rupawan. Terlebih lagi setelah ia ditinggal oleh sahabatnya, Peris yang sudah terlebih dahulu beralih (dioperasi) menjadi rupawan. 

Tapi, beralih jadi rupawan ternyata tak mudah bagi Tally. Di hari ulang tahunnya yang keenam belas, hari seharusnya ia  beralih jadi rupawan, ternyata ia tidak dioperasi. Ia justru dibawa ke tempat special circumstance yang dikepalai oleh Dr. Cable, seorang rupawan yang berwajah bengis yang memerintahkan Tally untuk menjalankan sebuah misi. Tapi misi itu menjerumuskan Tally pada dilema karena ia harus menghianati dan membawa pulang Shay, sahabat yang ditemuinya sewaktu ia kabur setelah menyelinap di kota rupawan baru. Ceritanya, Shay kabur bersama seseorang yang bernama David ke kota Smoke karena tak mau dioperasi. Itu harga yang harus dibayar Tally, menghianati sahabatnya. Jika tidak, ia tak akan pernah dioperasi dan jadi buruk rupa untuk selama-lamanya. 

Tally tak ingin buruk rupa selamanya, maka dengan berbekal kode singkat yang ditinggalkan Shay --untuk Tally lantaran Shay berharap Tally menyusulnya sebelum ia dioperasi- Tally pun terbang mengendarai hoverboard (papan terbang) menuju Smoke. Tapi Dr. Cable membekalinya  liontin berbentuk hati yang harus ia aktifkan begitu ia tiba di Smoke. Begitu liontin tersebut diaktifkan, maka dalam waktu sekejap Dr. Cable dan pasukannya akan tiba di Smoke untuk menjemput pulang Tally dan menangkap orang-orang Smoke (para pelarian buruk rupa yang menolak dioperasi menjadi rupawan).

Setelah melewati beragam rintangan, akhirnya Tally tiba di Smoke. Namun ia tidak serta merta mengaktifkan liontinnya. Ia diliputi keraguan. Terlebih lagi setelah ia diberi tahu oleh mereka tentang sebuah fakta dibalik operasi menjadi rupawan: bahwa tak hanya wajah dan tubuh saja yang dioperasi melainkan juga otaknya. 

Novel fiksi ilmiah karya pengarang kelahiran Texas ini adalah novel pertama dari trilogy Uglies, Pretties, Specials --dan novel tambahan Extras. Sebagai novel pertama, Uglies ditulis dengan bahasa yang luwes tapi tidak meninggalkan jalinan cerita yang seru dan memikat. Bahkan pengarang mampu menggambarkan tentang masa depan dengan mengagumkan yang dapat membuka cakrawala imaji pembaca dan menariknya untuk terbang jauh ke sana. 
            
Lebih dari itu, setumpuk misteri pun terjalin dalam jalinan cerita novel ini yang tidak hanya mampu menyedot atensi pembaca untuk terus membacanya sampai akhir, tapi juga menimbulkan rasa penasaran untuk membaca seri kelanjutannya. Apalagi, versi layar lebarnya yang rencananya dirilis pada tahun 2011 --oleh rumah produksi film box office ternama, 20th century fox dengan produser John Davis (Eragon)-- semakin menambah nilai plus novel ini. Maka, sangat disayangkan bila sampai terlewat membaca novel ini, terlebih lagi buat para pecinta novel fiksi ilmiah

3 komentar:

Sinta Nisfuanna mengatakan...

waaaaa...tambah pengen beli ni bukuuuu!!

Fitria Zulfa mengatakan...

tunggu resensi lanjutannya ya...
judul bukunya "Pretties"

Unknown mengatakan...

wah kalo di banjarmasin nayri buku kayak gini , ada g yah???